A. Definisi
Gonore
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau
bagian putih mata (konjungtiva) dan bagian tubuh yang lain.
B.
Epidemiologi
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan
seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran
berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi
insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita
pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per
100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada
usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000). Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada
tiap – tiap negara berkembang. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus
baru setiap tahunnya.
C.
Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang
dimasukkan ke dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok
termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6
u, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga bersifat negatif-Gram, tampak di
luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada
keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 derajat C, dan tidak tahan zat
desinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina
wanita sebelum pubertas.
D.
Gambaran klinik
1. Masa tunas
sulit untuk ditemukan karena pada umumnya asimtomatik, gejala awal bisa
timbul pada waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi
2. Pada wanita,
penyakit akut atau kronik jarang ditemukan gejala subjektif dan objektifnya.
3. Infeksi pada
wanita, pada mulanya henya mengenai serviks uteri
4. Keluhan:
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah, demam, keluarnya
cairan dari vagina, nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih.
5.
Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan
erosi dan sekret mukopurulen, duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila
terjadi servitis akut.
E.
Komplikasi
a.
Infeksi pada serviks (servisitis gonore)
b.
Salpingitis (penyakit radang panggul)
c.
Infertilitas
d.
Infeksi pada uretra dapat terjadi para
uretritis
e.
Pada kelenjar Bartholin (bartholinitis)
f.
adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi
neonatal dan keguguran akibat infeksi gonokokkus pada wanita hamil
g.
adanya sepsis pada bayi baru lahir karena
gonore pada ibu
Pada janin dan
bayi baru lahir
a.
Kebutaan, untuk mencegah kebutaan, semua bayi
yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore
b.
Pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan
dari matanya keluar nanah
c.
Penyakit sistemik seperti meningitis dan
arthritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis,
miokarditis,endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus
(lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak
nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar
anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada
pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding rektum
penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang
penderita gonore bias menyebabakn gonore pada tenggorokan (faringitis
gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi
mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
F.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan pembantu. Serta biakan atau
pemerikasaan gen hasilnya positif.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus
a.
Eksudat untuk diplokok intraselular
gram-negatif
b.
Biakan pada media khusus
c.
Pemeriksaan antibodi fluoresensi
d.
Biakan dan kanalis ani pada pria homoseksual
e.
Biakan dan serviks pada wanita
f.
Biakan dan faring pada kasus-kasus yang
dicurigai terjadi kontak orogenital
g.
Tes serologik untuk sifilis
G.
Pengobatan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan
tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin
(Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap
penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan
Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat
diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral
sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive
terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai
infeksi C. trachomatis.
H.
Pencegahan
a.
Tidak melakukan hubungan seksual baik
vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi
b.
Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi
tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini
c.
Hindari hubungan seksual sampai pengobatan
antibiotik selesai.
d.
Sarankan juga pasangan seksual kita untuk
diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
e.
Pengendalian penyakit menular seksual ini
adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya
pencegahan.
2. A. Definisi
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin
dalam uterus dari ibunya yang menderita sifilis. Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi
pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi
tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans
yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi
ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada
janin berusia 9-10 minggu.Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang
muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun
pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
B. Epidemiologi
Sifilis terdistribusi di seluruh dunia, dan merupakan
masalah yang utama pada Negara berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis
banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia 20-30 tahun. Empat puluh persen
wanita hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, akan mengakibatkan
penularan pada janin.
C. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn
dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. 3 Bentuk seperti spiral teratur,
panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari delapan sampai dua
puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti
gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif
terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di
luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah
untuk transfusi dapat
hidup tujuh puluh dua jam. Dengan strategi hampir selalu menular ke korban baru
melalui persetubuhan atau seks oral, makhluk kecil ini masuk melalui kulit,
dari sana ia menyebar dengan ganas. Biasanya berhasil masuk kedalam aliran darah dan dalam 1 minggu
mereka sudah menyebar keseluruh tubuh.
Penularan
sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
- Kontak langsung :
- sexually tranmited diseases (STD)
- non-sexually
- Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
- Transfusi : Syphilis d’ emblee, tanpa primer lesi
D. Patogenesis
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan,
namun sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in
utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan langsung dengan stadium sifilis
yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis congenital biasanya timbul
setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan imunokompeten.
Penularan inutero terjadi transplasental, sehingga dapat dijumpai Treponema
pallidum pada plasenta, tali pusat, serta cairan amnion.
Treponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah janin dan menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian berkembang
biak dan menyebabkan respons peradangan selular yang akan merusak janin.
Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi abortus atau lahir
mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan
intrauterine maupun ekstrauterin.
E. Infeksi sifilis
pada kehamilan
Penyebab :
trponema pallidium yang dapat menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu,
oleh karena itu ada baiknya melakukan pemeriksaan serologik sebelum hamil,
sehingga pengobatan dapat diterpkan sampai sembuh.
Diagnosis penyakit ini tidak
terlalu sukar karena terdapat luka pada daerah genitalia, mulut, atau tempat
lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk persalinan prematur
atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk kongenitas (pempigus
safilitus, deskuamasi kulit telapak tangandan kaki, terdapat kelainan pada
mulut dan gigi). Pengobatannya mudah sebaiknya diberikan bersama suami diobati
penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk
mencegah penularan janin.
F. Prognosis
Prognosis
pada ibu hamil dengan sifilis buruk, jika tidak dilakukan penanganan yang tepat
akan berdampak buruk baik si ibu maupun untuk janin yang dikandungnya.
a.
Gejala subjektif dan objektif
Secara umum
manifestasi klinik dari penyakitsifilis yaitu : keluarnya cairan dari vagina
dan dubur dari biasanya. Dapat berwarna putih susu, kekuningan , kehijauan ,
atau disertai bercak darah dan bau yang tidak enak perih, nyeri atau panas
setelah BAK atau sering BAK.
Adanya luka terbuka (luka besar
sekitar alat kemaluan atau mulut) dapat terasa nyeri atau tidak , tumbuh
seperti jengger ayam atau tumbuh disekitar kemaluan.
Secara khusus manifestasi klinik dari penyakit sifilis
antara lain :
Sifilis stadium 1 : terjadi
efek primer berupa papul tidak nyeri sekitar 3 minggu kemudian. Terjadi
penjalaran ke kelenjar inguinal medial. Timbul lesi pada alat kelamin ekstra
genital seperti bibir, lidah, tonsil puting susu, jari dan anus misalnya pada
penularan ekstrakoital.
Sifilis stadium 2 : gejala
konstitisi seperti nyeri kepala subfebris, anoreksia , nyeri pada tulang, leher
timbul macula, papula, pustule, dan rupia. Kelainan selaput lendir, limfa
denitis yang generalisata.
Sifilis stadium 3 : terjadi
setelah 3 sampai 7 tahun infeksi guma dapat timbul pada semua jaringan dan
organ , membentuk nekrosis sentral juga ditemukan diorgan dalam, yaitu lambung
, paru-paru. Nodus dibawah kulit dapat berskuma tidak nyeri.
Sifilis kongenital, pada
kondisi dini dapat muncul beberapa minggu (3 minggu ) setelah bayi dilahirkan.
Kelainan berupa : pemfigus, sifilitika, papula, scuma, sekret hidung yang
sering bercampur darah, adanya oesteo kondritis pada foto roentgen.
Kondisi lanjut dapat terjadi
pada usia 2 tahun lebih. Pada 7 sampai 9 tahun dengan adanya keratitis,
intersial (menyebabkan kebutaan) ketulian,gigi,varises perporasi paratum durum,
serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
G. Klasifikasi
-
Stadium 1. Stadium ini di
tandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros
usus atau mulut. Pembekakan kelenjer getah bening juga di temukan selama
stadium ini. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
-
Stadium II. Kalau sifilis
stadium 1 tidak di obati, biasanya para penderira akan mengalami ruam khususnya
di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemuka adanya luka-luka di
bibir, mulut, tenggoran, vagina dan dubur. Gejela-gejala yang mirip dengan flu
seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga di temui pada stadium. Stadium ini
biasanya berlangsung selama 1-2 minggu.
-
Stadium III. Kalau sifilis
stadium II masih juga belum di obati, para penderita akan mengalami apa yang di
sebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan
menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh,
dan bakteri penyebabnyapun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini
dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
-
Stadium IV. Penayakit ini
akhirnya di kenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini spirochaeta telah
menyebar keseluruh tubuh dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.
Juga dapat menyebabkan terjadi cacat lahir primer pada bayi.
H.
Gambaran Klinis
Berdasarkan gambaran klinisnya, sifilis kongenital dapat
dibagi menjadi sifilis kongenital dini, sifilis kongenital lanjut dan stigmata.
Dianggap sifilis kongenital dini jika timbul pada anak di bawah usia 2 tahun
dan sifilis kongenital lanjut bila timbul di atas 2 tahun. Sigmata adalah
jaringan parut atau deformitas yang terjadi akibat penyembuhan dua stadium
tersebut.
1.
Sifilis kongenital dini
Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervariasi,
mengenai berbagai organ dan menyerupai sifilis stadium II. Karena infeksi pada
janin melalui aliran darah maka tidak dijumpai kelainan sifilis primer. Pada
saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan timbul setelah beberapa minggu,
tetapi dapat pula kelainan ada sejak lahir.
Pada
bayi dapat dijumpai kelainan berupa kondisi berikut :
a.
Pertumbuhan intrauterine yang terlambat
b.
Kelainan membrane mukosa :
Mucous patch dapat ditemukan di bibir, mulut,
farings, laring dan mukosa genital. Rinitis sifilitika (snuffles) dengan
gambaran yang khas berupa cairan hidung yang mula-mula encer tetapi kemudian
menjadi pekat, purulen dan hemoragik. Hidung menjadi tersumbat sehingga
menyulitkan pemberian makanan.
c.
Kelainan kulit, rambut dan kuku
Dapat berupa makula eritem, papula, papuloskuamosa dan bula.
Bula dapat sudah ada sejak lahir, tersebar secara simetris, terutama pada
telapak tangan dan telapak kaki. Makula, papula atau papulomatous tersebar
secara generalisata dan simetris. Di daerah yang lembab papula menjadi erosif
dan membasah atau menjadi hipertrofik (kondiloma lata). Pada kasus yang berat
tampak kulit menjadi keriput terutama pada daerah muka sehingga bayi tampak
seperti orang tua. Rambut jarang dan kaku, alopesia areata terutama pada sisi
dan belakang kepala. Alopesia dapat juga mengenai alis dan bulu mata. Onikosifilitika
disebabkan oleh papula yang timbul pada dasar kuku dan menyebabkan kuku menjadi
terlepas. Kuku baru yang tumbuh berwarna suram, tidak teratur dan menyempit
pada bagian dasarnya.
d.
Kelainan tulang
Pada 6 bulan pertama, osteokondritis, periostitis, dan
osteitis pada tulang-tulang panjang merupakan gambaran yang khas. Perubahan
yang paling mencolok tampak pada daerah pertumbuhan tulang di dekat epifisis.
Epifisis membesar, garis epifisis melebar dan tidak teratur. Pada batas
metafisis dengan garis kartilago epifisis, tampak daerah kalsifikasi yang
densitasnya meningkat dan tidak teratur sehingga pemeriksaan sinar X memberikan
gambaran seperti gigi gergaji. Pseudoparalisis pada anggota gerak disebabkan
oleh pembengkakan periartikular dan nyeri pada ujung-ujung tulang sehingga
gerakan menjadi terbatas. Osteokondritis dapat dilihat pada pemeriksaan dengan
sinar X setelah 5 minggu sedangkan periostitis setelah 16 minggu. Tanda-tanda
osteokondritis menghilang setelah 6 bulan tetapi periostitis menetap dan
menjadi lebih jelas.
e.
Kelainan kelenjar getah bening : terdapat limfadenopati generalisata
f.
Kelainan alat-alat dalam : hepatomegali, splenomegali, nefritis, nefrosis,
pneumonia
g.
Kelainan mata : Korioretinitis, glaukoma dan uveitis
h.Kelainan
hematologi : anemia, eritroblastemia, retikulositosis, trombositopenia, diffuse
intravascular coagulation (DIC)
i.
Kelainan susunan saraf pusat : meningitis sifilitika akut yang bila tidak
diobati secara adekuat akan menimbulkan hidrosefalus, kejang dan mengganggu
perkembangan intelektual1
2.
Sifilis kongenital lanjut
Sifilis ini biasanya timbul setelah umur 2 tahun, lebih dari
setengah jumlah penderita tanpa manifestasi klinik, kecuali tes serologis yang
reaktif. Titer serologis sering berfluktuasi, sehingga jika dijumpai keadaan
demikian, dapat diduga suatu sifilis kongenital. Gambaran klinis dari sifilis
kongenital dapat di bedakan dalam 2 tipe :4
a. Inflamasi sifilis kongenital lanjut
Pada
keadaan ini yang paling pentig adalah adanya lesi kornea, tulang, dan sistem
saraf
pusat.
Dapat dijumpai kelainan sebagai berikut :
1.
Kornea : Keratitis Intersisial
Biasanya terjadi pada umur pubertas, dan terjadi bilateral.
Pada kornea timbul pengaburan menyerupai gelas disertai vaskularisasi sklera.
Keadaan ini dimulai dengan peradangan perikorneal berat dan kemudian berlanjut
dengan perselubungan difus kornea oleh bayangan putih tanpa adanya ulserasi
pada permukaan kornea, terjadi pada 20-50 % kasus sifilis kongenital lanjut.
2.
Tulang : Perisynovitis (Clutton’s joint)
Mengenai kedua lutut, yang akan mengakibatkan terjadinya
bengkak tanpa nyeri yang simetris.
3.
Sistem saraf pusat
Lesi pada sistem saraf pusat dapat terjadi pada sifilis
kongengital lanjut. Biasanya yang menjadi tanda lesi SSP pada sifilis
kongenital adalah dengan adanya kelemahan umum (generalized paresis) dan
renjatan.
b. Stigmata sifilis kongenital
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta
meninggalkan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian disebut
dengan stigmata sifilis kongenital,akan tetapi hanya sebagian penderita
yang menunjukkan gambaran tersebut.Ditemukannyastigmata ini dapat menjadi salah
satu pegangan unuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital.Pada stigmata
sifilis kongenital, hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya
trias Hutchinson, yaitu :
1.
Perubahan pada gigi insisivus menjadi datar dan seperti gergaji
2.
Opasitas kornea (kornea ditutupi kabut berwarna putih) tanpa ilserasi permukaan
kornea.
3.
Ketulian karena ganguan nervus akustikus (N.VIII). Ketulian biasanya terjadi
mendekati masa pubertas, tetapi kadang-kadang terjadi pada umur pertengahan.
Selain
itu ditemukan pula kelainan sebagai berikut :
1.
Neurosifilis
Dapat juga menunjukkan kelainan seperti manifestasi sifilis
yang didapat. Tabes dorsalis agak jarang dibandingkan dengan sifilis yang
didapat, paresis lebih sering terjadi dibandingkan dengan sifilis yang didapat,
paresis lebih sering terjadi dibandingkan pada orang dewasa. Kejang juga sering
terjadi pada kasus sifilis kongenital ini.
2.
Tulang dan palatum
Terjadi sklerosis, sehingga tulang kering menyerupai pedang
(sabre), tulang frontal yang menonjol, atau dapat juga terjadi kerusakan
akibat gumma yang menyebabkan destruksi terutama pada septum nasi atau pada
palatum durum. Perforasi palatum dianggap terjadi pada sifilis kongenital.
3.
Gigi molar Mulberry (Mulberry’s molar)
Biasanya pada molar I dan muncul pada usia 6 tahun,
merupakan gambaran gigi yang hiperplastik dengan permukaan oklusal yang
mendatar (flattening) serta diliputi oleh serbukan yang menandakan
kerapuhan gigi.
4.
Sifilis rinitis infantil dan nasal chondritis
Fisura di sekitar rongga mulut dan hidung disertai ragade
yang disebut sifilis rinitis infantil. Nasal chondritis merupakan
kelainan yang disebabkan oleh pendataran tulang pembentuk hidung, gambaran ini
biasa disebut dengan saddle nose.3,4,8
I. Diagnosis
Diagnosis pasti pada sifilis kongenital ditegakan dengan
identifikasi T.pallidum. Selain itu, sifilis kongenital dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan antepartum dan pada bayi lahir mati. Untuk
pemeriksaan pada janin dapat digunakan ultrasonografi (USG). Pada pemeriksaan
USG dapat dijumpai penebalan kulit, penebalan plasenta, hepatosplenomegali dan
hidramnion. Pemeriksaan ini dilengkapi dengan pemeriksaan cairan amnion untuk
mencari adanya treponema. Identifikasi T. pallidum dengan pemeriksaan
mikroskop lapagan gelap atau imunofluoresensi dapat dilakukan apabila dijumpai
secret hidung, mucous patches, lesi vesiko bulosa atau kondiloma lata.
Namun, cara konvensional untuk pengambilan specimen tidak sensitive dan
merupakan prosedur invasive, sehingga sulit dilakukan dan hanya dilakukan pada
bayi dengan lesi luas. Selain itu, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan identifikasi
T.pallidum sulit dilakukan untuk menegakkan diagnosis sifilis
kongenital, yaitu :
a)
T.pallidum bersifat tidak dapat dibiakkan dan sulit ditemukan pada
spesmen klinis
b)
Analisis serologic pada bayi rumit oleh adanya antibody maternal yang didapat
transplasental
c)
Sebagian besar bayi sakit yang hidup tidak menunjukkan adanya tanda infeksi
Untuk menegakkan diagnosis klinis sifilis kongenital, saat
ini di AS digunakan dua criteria, yaitu kriteria dari Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) yang direvisi dan kriteria Kaufman yang
dimodifikasi.
1)
Kriteria Kaufman yang dimodifikasi.
- Pasti (definite)
Dijumpai
T.pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan
histologik
- Sangat Mungkin (probable)
1.
Peningkatan titer VDRL dalam waktu 3 bulan atau tes serologic untuk sifilis
(TSS) reaktif yang tidak berubah menjadi non reaktif dalam waktu 4 bulan
2.
Satu kriteria mayor atau dua minor dan disertai TSS reaktif atau tes FTA
reaktif
3.
Satu kriteria mayor dan satu kriteria minor
- Kriteria mayor berupa kondiloma lata, osteokondritis, periostitis, rhinitis, rhinitis hemoragik
- Kriteria minor berupa fisura pada bibir, lesi kulit, mucous patch, hepatomegali,splenomegali, limfadenopati generalisata, kelainan SSP, anemia hemolitik, sel cairan serebrospinal (CSS) >20, protein >100.2
2)
Kriteria CDC yang di revisi
- Pasti (confirmed)
Diijumpai
T. Pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
- Tersangka (presumtive)
1.
Semua bayi yang ibunya menderita sifilis tanpa pengobatan atau mendapat
pengobatan tidak adekuat selama kehamilan
2.
Semua bayi dengan TSS reaktif dan satu dari keadaan di bawah ini :
-
Gambaran sifilis kongenital pada pemeriksaan fisik
-
VDRL CSS reaktif/ hitung sel CSS ≥ 5/protein CSS ≥ 50 diluar sebab lain.
-
Tes FTA-abs-19S-antibodi IgM reaktif
3.
Bayi lahir mati (syphilitic stillbirth)
Kematian janin setelah umur kehamilan 20 minggu atau berat
janin ≥500 gram pada wanita yang menderita sifilis tanpa pengobatan atau
memperoleh pengobatan tidak adekuat saat melahirkan.
J. Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan
pada ibu hamil dan pengobatan pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat
pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun sifilis
kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang
lengkap. Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
1)
Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin
penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain
dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10 hari.
2)
Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama
infgeksi,
sifilis kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis)
Benzatin
penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau
dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari.
3)
Neurosifilis
Bezidin
penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil
penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian
penisilin long acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta
unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit
IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian benzatin
penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.
Terdapat
beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital
menurut CDC tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada bayi :
a)
Menderita sifillis kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium
dan/radiologik,
b)
Mempunyai titer test nontreponema ≥ 4 kali dibanding ibunya
c)
Dilahirkan oleh ibu yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak
diketahui,
tidak adekuat atau terjadi ≤ 30 hari sebelum persalinan.
d)
Dilahirkan oleh ibu seronegatif yang diduga menderita sifilis
e)
Titer pemeriksaan nontreponema meningkat ≥ 4 kali selama pengamatan.
f)
Hasil tes treponema tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan, atau
g)
Mempunyai antibodi spesifik IgM antitreponema.
Selain
itu, juga dipertimbangkan pengobatan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita sifilis dan diobati selama kehamilannya namun bayi tersebut
selanjutnya tidak bisa diamati. Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh
ditunda dengan alasan menunggu diagnosis pasti secara klinis atau serologik.
Dengan pengobatan dengan Aqueous penisilin bergantung 1 minggu >usia bayi. Pada usia ≤ 1 minggu,
diberikan tipa 12 jam, usia – ≤ 4 minggu
diberikan tiap 8 jam, dan setelah usia 4 minggu diberikan tipa 6 jam.2
1. Pengobatan sifilis kongenital menurut CDC tahun 1998
- Bayi dengan sifilis kongenital, ibu dengan/ tanpa sifilis Penisilin G prokain 50.000 unit/kgBB IM/IV selama 10-14 hari.
- Bayi normal
a)
Ibu sifilis dini dan/atau tanpa terapi atau terapi tidak tercatat diberikan :
Aqueous penisilin G 50.000 unit/kgBB IV selama 10-14
hari, atau penisilin
prokain
G 50.000 unit/kgBB IM, 10-14 hari usia (usia ≤ 4 minggu), atau
benzatin
penisilin G 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal
b)
Ibu sifilis laten lanjut, atau
c)
Ibu mendapat terapi eritromosin atau obat selain penilin, atau
d)
Ibu mendapat terapi adekuat ≤ 4 minggu sebelum persalinan, atau
e)
Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer non
treponema tidak
turun
4 kali lipat, diberikan : Benzatin penisilin 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal
f)
Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer nontreponema
turun 4 kali lipat, dilakukan : Pengamatan klinis dan serologik, atau benzatin
penisilin G 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal bila pengamatan tidak
memungkinkan
g) Ibu mendapat terapi adekuat sebelum kehamilan dan titer
stabil (VDRL≤ 1:2) selama kehamilan, dilakukan : Pengamatan klinis dan
serologic. Menurut CDC 1998, diluar masa neonatus, anak yang didiagnosis
sifilis congenital harus diperiksa CSS untuk menyingkirkan neurosifilis dan
menentukan sifilis congenital atau sifilis didapat. Semua anak yang diduga
menderita sifilis kongenital atau dengan kelainan neurologik diberikan aqueous
penisiline G 50.000 unit/kgBB IV/IM tiap 4-6 jam selama 10-14 hari.
Pemberian penisilin prokain tidak dianjurkan.
2. Pengobatan alternatif untuk pasien alergi penisilin
Bila alergi terhadap penisilin, sebagai obat alternatif
diberikan obat tetrasiklin dan eritromisin. Tetapi efektifitasnya lebih rendah
bila dibandingkan dengan penisilin. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil
belum ada data yang lengkap.
3. Pemeriksaan Setelah Pengobatan
Pemeriksaan penderita sifilis dini harus dilakukan, bila
terjadi infeksi ulang setelah pengobatan.
Setelah
pemberian penisilin G, maka setiap pasien harus diperiksa 3 bulan kemudian
untuk penentuan hasil pengobatan. Pengalaman menunjukkan bahwa infeksi ulang
sering terjadi pada
Saran saya jika ingin mengobati penyakit gonore sebaiknya dengan ramuan herbal yang lebih aman dan tanpa efek samping bila dibandingkan dengan obat-obatan kimia yang justru terkadang menimbulkan komplikasi.
BalasHapus
BalasHapusBlog yang menarik dan informatif sekali
Klinik Apollo Adalah Rumah Sakit di Jakarta, Dibidang Andrologi dan Ginekologi, terbaik dan Nomor 1 di jakarta memberikan layanan medis prima, dilengkapi alat medis yang modern menyembukan berbagai penyakit kelamin seperti Gonore, Kencing nanah, Sipilis sifilis,Kutil kelamin , Kondiloma akuminata, Kutu kelamin, Keputihan, Ejakulasi Dini.
Rumah Sakit Penyakit Kelamin Jakarta
Klinik pengobatan Penyakit Sipilis
Dokter Spesialis Gonore
Obat Kencing Nanah